Tempat Wisata Baru di Gunungkidul yang Ndeso Tapi Asyik ~ RPM_Touring

Friday 15 March 2019

Tempat Wisata Baru di Gunungkidul yang Ndeso Tapi Asyik

Desa Wulenpari yang ndeso tapi asyik (Pradito Rida Pertana/detikcom)

Gunungkidul - Ada tempat wisata baru di Gunungkidul yang ndeso tapi asyik. Suasana pedesaannya yang asri dan masih alami dijamin bikin kamu betah.

Suasana pedesaan yang masih asri dan alami memang cocok dijadikan tempat merefresh pikiran seseorang. Salah satunya dengan mengunjungi 'Wulenpari', sebuah Desa yang berada di Pinggir Sungai Oya, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Gunungkidul.

Berjarak 25 KM dari jantung Kota Yogyakarta, lokasi Wulenpari sangat mudah ditemukan. Mengingat pengunjung hanya perlu menyusuri jalan utama Jogja-Wonosari hingga sampai di Desa Beji, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Tepatnya setelah Desa Putat atau sebelum tempat para pedagang yang menjajakan buah di pinggir jalan tersebut.

Nantinya, terdapat sebuah pelakat bertuliskan Desa Beji yang berada di sebelah kanan jalan, tepatnya di sebuah tikungan. Setelah itu, pengunjung hanya perlu menyusuri jalanan beraspal tersebut hingga menemukan simpang 3 yang di dekatnya terdapat sebuah plakat bertuliskan Jelok.

Suasananya asri (Pradito Rida Pertana/detikcom)

Tak perlu lama, usai menyusuri jalanan cor blok itu pengunjung akan menemukan dua jembatan gantung. Dari sini pengunjung diharap mengambil arah ke kiri yakni menuju ke Wulenpari. Untuk melewati jembatan gantung itu, pengunjung hanya dapat mengendarai motor atau berjalan kaki saja.

Selama perjalanan di jalan setapak yang terbuat dari konblok itu, mata pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan Sungai Oya di sebelah kanan dan hijaunya pepohonan menuju Wulenpari. Tak sampai 5 menit pengunjung akan mendapati beberapa rumah tradisional yang berdiri di atas hamparan rerumputan hijau.

Suasananya di Wulenpari juga sangat asri dan jauh dari suara kendaraan bermotor. Selain itu, terdapat pula beberapa perahu yang berada di atas rerumputan tersebut, di mana perahu itu dapat digunakan untuk menyusuri Sungai Oya yang berada tepat di pinggir Wulenpari.

Bangunan tradisional (Pradito Rida Pertana/detikcom)

Melongok ke dalam, pengunjung akan mendapati beberapa bangunan dengan konsep tradisional yang di dalamnya terdapat gamelan dan beberapa benda jaman dahulu. Selain itu terdapat pula, rumah makan yang menyajikan makanan tradisional seperti sayur lombok (cabai) hijau, oseng-oseng dan aneka minuman seperti wedang rempah serta kelapa muda.

Salah seorang penggagas Wulenpari, Aminudin Azis mengatakan, bahwa Wulenpari sendiri baru akan memasuki usia 1 tahun. Mengingat Wulenpari sendiri baru dibangun pada bulan Desember tahun 2017 dan dibuka untuk umum pada bulan Juni tahun 2018.

"Jadi setelah badai cempaka itu kan bantaran Sungai Oya rusak, terus kita bersama-sama dengan warga berniat untuk memperbaikinya. Nhah, karena lokasinya ada di pinggir Sungai maka saat itu warga sepakat untuk membuat tempat peristirahatan sekaligus tempat wisata," ujar Aziz, Senin (11/3/2019).

Tempat beristirahat di Wulenpari (Pradito Rida Pertana/detikcom)

Lebih lanjut, untuk nama Wulenpari sendiri diambil dari bahasa Jawa yang artinya untaian padi. Terlebih, dalam falsafah Jawa untaian padi kerap ditaruh di rumah guna menandakan kemakmuran atau kesejahteraan. Sehingga nama tersebut akhirnya dipilih dengan harapan keberadaan Wulenpari dapat mensejahterakan masyarakat di Desa Beji pada khususnya.

"Seperti jembatan gantung itu sengaja dibikin untuk akses masyarakat biar bisa mudah ke lahannya untuk bertani. Jadi keberadaan Wulenpari ini ingin mensejahterakan masyarakat sekitar, untuk pengelolaannya juga kita libatkan seluruh masyarakat Desa Beji," ucapnya.

Sambung Aziz, Wulenpari sendiri berdiri di atas tanah dengan luas sekitar 1 hektare yang di dalamnya berisi bangunan tradisional untuk homestay, rumah makan dan beberapa tempat yang digunakan untuk mempelajari pertanian. Aziz menyebut, konsep yang diusung Wulenpari memang lebih ke arah tradisional dan sarat akan nilai budaya.



Pasar Srawung (Pradito Rida Pertana/detikcom)

Menurutnya, hal itu agar pengunjung dapat merasakan suasana asri, alami dan nyamannya pedesaan saat mengunjungi Wulenpari. Selain itu, ia menganggap suasana seperti itu sangat dibutuhkan wisatawan yang penat dan jenuh dengan rutinitasnya di perkotaan.

"Dibuat seperti ini (konsep pedesaan) karena harapannya yang ke sini bisa menenangkan pikiran dari hiruk pikuk kota dan kesibukannya saat hari kerja. Dengan suasana asri gini kan orang itu bisa merasa lebih damai, lebih tenang, serta pulang dari sini bisa fresh dan logika berpikirnya jadi lebih baik saat beraktivitas," ujarnya.

Aziz menambahkan, Wulenpari juga memiliki Pasar tradisional bernama Pasar Srawung yang mengusung konsep pasar jaman dahulu. Di Pasar tersebut, pengunjung dapat membeli aneka makanan dan minuman tradisional saat mengunjungi Wulenpari.

"Tapi pasarnya tidak setiap hari buka, bukanya setiap 35 hari sekali, tepatnya pas pasaran Kliwon," katanya.

Untuk biaya masuk ke Wulenpari sendiri pengunjung tidak dikenakan biaya. Pengunjung hanya perlu menyediakan uang untuk menyusuri Sungai Oya dengan menggunakan perahu dan membeli makanan dan minuman saja. Untuk harga makanan sendiri bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu

Sumber : detik.com

0 komentar:

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html

Post a Comment